Copywriting menjadi salah satu strategi yang banyak dilakukan para pengiklan maupun pemasar untuk meningkatkan penjualan produk maupun jasa. Copywriting adalah teknik penulisan yang bertujuan untuk membuat khalayak tertarik membeli produk atau jasa kita.
Berbeda dengan content writing, para penulis copy atau bisa kita sebut dengan copywriter memiliki tugas untuk menciptakan pesan yang tak lagi bersifat informatif, tetapi persuasif. Mereka harus lebih kreatif memainkan rangkaian kata agar pesan dapat mudah dicerna dan diingat oleh khalayak. Selanjutnya, tulisan para copywriter akan ditempatkan dalam pelbagai materi iklan, seperti situs web, majalah, selebaran, video, bahkan media sosial.
Nah, dalam artikel kali ini, Sanoebari akan membagikan 5 tips copywriting untuk meningkatkan penjualan!
Sebelum kita mulai menulis copy, hal paling dasar yang harus kita ingat adalah: apa tujuan dari promosi kita? Jangan sampai kita sudah membuat pesan sekreatif mungkin, tapi tidak membuat khalayak melakukan pembelian atau justru bingung dengan maksud dari pesan yang kita sampaikan. Jangan lupa untuk selalu sematkan call to action atau ajakan kepada khalayak pada akhir pesan supaya mereka tahu tujuan dari persuasi kita.
Di samping itu, kita pun harus mengenali siapa target pasar kita, sehingga kita bisamenyesuaikan gaya bahasa seperti apa yang akan kita gunakan. Contohnya, jika target pasar kita adalah generasi millenial atau bahkan Gen Z, gunakanlah bahasa yang mudah dicerna dan cenderung kekinian. Namun, jika target pasar kita adalah laki-laki dewasa, kita bisa menggunakan gaya bahasa yang terkesan maskulin dan menantang. Contoh lainnya, untuk target pasar ibu rumah tangga, kita bisa menggunakan kata kunci tertentu seperti ‘bersih’, ‘rapi’, ‘sehat’, atau bahkan ‘ekonomis’ sesuai dengan produk atau jasa yang kita tawarkan. Beberapa pengiklan sudah mulai menggunakan strategi persuasi tersirat, yang mana hal ini memang terkesan keren dan kreatif. Tetapi, kita harus pastikan lagi siapa target khalayak kita, jika sekiranya mereka tidak cepat memahami maksud dari pesan yang tersirat, menggunakan strategi persuasi tersurat pun tidak ada salahnya, kok.
Everything is about data. Jika kita mengetahui data terkait target khalayak maupunhasil riset yang berkaitan dengan bisnis kita, ada baiknya kita memasukkan unsur ini ke dalam copywriting. Penyisipan data dan hasil riset bisa dibagi menjadi dua hal, yaitu kita menyajikan angka atau data secara tertulis maupun menerapkannya dalam rangkaian kata. Kita bisa melihat contohnya pada iklan berikut ini:
Dalam iklan L'Oréal Paris berikut ini, sang copywriter memasukkan unsur data dan hasil riset berupa angka di dalamnya. Data dan hasil riset ini berhubungan dengan peningkatan jumlah perempuan yang mengambil peran sebagai pemimpin, baik itu di perusahaan maupun organisasi. Tersemat pula data bahwa pendapatan sebuah perusahaan atau organisasi meningkat sebanyak 15% jika dipimpin oleh seorang perempuan dibanding laki-laki. Plus, iklan ini semakin diperjelas dengan kalimat bahwa target khalayak dari iklan ini ternyata bukanlah perempuan itu sendiri, melainkan laki-laki.
Butuh solusi menciptakan copywriting untuk bisnismu? Sanoebari punya jawabannya!
Beralih pada iklan kedua, kita juga bisa menemukan hasil riset pada iklan berikut ini, namun tidak disajikan dalam bentuk angka. Iklan ini menunjukkan salah satu perilaku masyarakat yang batuk di tengah kalimat, baik disengaja maupun tanpa sengaja (gugup), tiap kali mereka mengucapkan kebohongan. Untuk itu, Ricolos menawarkan solusi dengan memakan permen mereka, dijamin konsumen tidak akan batuk di tengah kalimat lagi. Copy dari iklan ini pun diperjelas dengan kalimat di bagian bawah “Pastikan kabar baik memang terdengar seperti kabar baik”. Jadi, jangan sampai kita sudah mengucapkan sebuah kebenaran, tapi dianggap berbohong hanya karena batuk di tengah kalimat. Menarik, kan? ;-)
Dengan sifat persuasif tadi, kita harus memastikan bahwa khalayak tak perlu membuang banyak waktu hanya untuk memahami pesan dari iklan kita. Untuk itu, ada baiknya jika kita menyajikan tulisan sependek dan sesederhana mungkin. Ini adalah teknik yang cukup sulit dilakukan, namun bukan berarti tidak bisa. Semakin pendek dan berisi tulisan kita, akan semakin baik. Berbeda dengan artikel yang informatif, dalam copywriting kita tidak bisa bertele-tele dalam menulis. Tak perlu menyajikan struktur seperti pembuka, isi, dan penutup, langsung saja pada bagianinti pesan dan ajakan untuk melakukan konversi.
Ingat, target pasar kita adalah manusia, jadi kita harus menulis sesuatu yang memang ‘berbicara’ seperti manusia. Jangan lupakan sisi emosial, karena seperti model komunikasi AIDA, kita pun harus memikirkan unsur afektif khalayak. Unsur emosi bukan cuma sedih atau marah, tapi ada banyak ekspresi yang bisa kita eksplor, seperti putus asa, percaya diri, bergairah, bahkan muak sekalipun. Kita harus pintar menggambarkan unsur emosi ini menjadi rangkaian kata. Salah satu caranya adalah kita bisa mencari referensi dengan perbanyak membaca karya fiksi.
Last but not least, tiap berbicara soal tulisan, ejaan adalah hal yang wajib kudu musti harus diteliti. Sebagai penulis, kita tidak boleh menyepelekan ejaan yang kita tulis, untuk itu memegang panduan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bisa menjadi kunci. Jangan sampai, penulisan kita sudah kreatif, gambar iklan sudah menarik, tapi ada salah ketik di dalamnya. Sayang banget, kan? Ejaan pun harus diperhatikan sebaik mungkin, bahkan hal kecil sekalipun. Contohnya seperti ini:
Sekarang Bisa Liburan Kemanapun Yang Kamu Mau!
Kira-kira apa yang kurang tepat dari kalimat di atas? Yup, pengejaan. Kalimat yang tepat adalah sebagai berikut:
Sekarang Bisa Liburan Ke mana pun yang Kamu Mau!
Selain enak dibaca, penulisan copy dengan menggunakan ejaan yang baik juga membuat kita terlihat profesional dan teliti.
Itu dia 5 tips menciptakan copywriting a la Sanoebari. Jangan lupa untuk terus melatih kemampuan menulis dan mencari referensi ya!